Memaknai Arti Sumpah Pemuda
(Ketua Komisariat Bintang Periode 2015-2017)
“Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku bertumpah darah yang satu,tanah air Indonesia, Kami putra dan putri
Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.Kami putra dan putri
Indonesia menjujung bahasa persatuan, bahasa indonesia “
Setiap tanggal 28 oktober pemuda di seluruh daerah Indonesia selalu memperingati hari sumpah pemuda dan sebentar lagi kita akan memperingati hari sumpah pemuda yang tinggal beberpa hari lagi.
Jangan
heran pada tanggal 27-28 oktober nanti jala raya tiba-tiba macet di penuhi oleh
ratusan bahkan ribuan pemuda dan pemudi turun ke jalan untuk memperingati hari
sumpah pemuda. Ini sudah menjadi tradisi pemuda (Mahasiswa) Indonesia setiap ada peristiwa-peristiwa penting
nasional selalu di peringati lewat aksi damai
atau bersuara di jalan raya. Mungkin dengan cara itu mereka bisa
menyampaikan aspirasi pemuda dengan harapan dapat di liput oleh media sehingga di ketahui oleh seluruh masyarakat indonesia
khususnya pemuda dan pemundi. Selain itu ada juga pemuda dan pemudi yang
memperingati sumpah pemuda dengan cara lain, misalnya membuat drama sumpah
pemuda, ada yang melakukan dengan cara berupacara/apel, mengadakan
seminar-seminar tentang sumpah pemuda, dan ada juga yang berkunjung ke
museum-museum.
Kalau
kita lihat dari rentetan sejarah sumpah pemuda adalah awal dari cita-cita
berdirinya republik Indonesia, dengan semangat para pemuda pada saat itu yang sudah marah melihat tindakan kolonial
belanda yang sewenang-wenang dan tidak adil. Seorang satrawan klasik Indonesia
Pramodia Ananta Toer pernah berkata “sejarah dunia adalah sejarah nya anak
muda, apabila anak muda mati rasa, maka matilah sejarah dunia”. Sudah terbukti
dalam catatan sejarah bahwa anak mudalah sebagai motor penggerak revolusi
(perubahan) suatu bangsa.
Bapak
proklamator kita Bung Karno mengatakan, “berikan aku 100 orang tua maka akan
aku cabut sameru dari akarnya, tapi berikan aku 10 pemuda maka akan aku
guncangkan dunia”.
Peran
pemuda sangatlah penting dalam perjalanan negeri ini karena yang menentukan
maju mundurnya suatu bangsa adalah generasi muda nya. Maka lewat momentum hari
sumpah pemuda ini penulis berharap pemerintah harus memperhatikan pemuda, berikan
ruang untuk pemuda berekspresi dan berkreativitas. Tapi kenyataannya hari ini pemuda Indonesia
selalu di kekang dan di pasung oleh sentralisasi kekuasaan, padahal kalau kita
lihat pergerakan yang dilakukan oleh pemuda itu adalah awal dari sebuah perubahan
baru.
Mari
kita lirik kembali sejarah kemerdekaan
Indonesia, yang menjadi garda terdepan pada saat itu adalah pemuda-pemuda yang
progresif dan visioner. Jauh panggang dari api kalau kita bandingkan pemuda
zaman dulu (pra kemerdekaan) dengan pemuda zaman sekarang. Pemuda-pemuda zaman
dulu (pra kemerdekaan) pada saat berusia 17-18 tahun itu sudah bisa merumuskan
sebuah Negara bangsa, kalau pemuda
sekarang jangankan merumuskan sebuah Negara, merumuskan masa depan nya sendiri
tidak bisa.
Kira-kira kenapa bisa begitu?
Menurut
hemat penulis ini di sebabkan oleh sistem globalisasi di sektor, misalnya dalam
sektor pendidikan, sekolah-sekolah atau institusi pendidikan tidak lagi
memperhatikan kualitas peserta didik yang dilihat adalah kuantitas peserta
didik. Karena lembaga pendidkan saat ini sudah di komersialisasikan , di
jadikan sebagai ladang bisnis untuk mencari keuntungan semata, bukan
mencerdaskan generasi penerus bangsa.miriss sekali..
Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Pesatnya
permkebangan teknologi informasi dan komunikasi juga membawa dampak negativ bagi generasi muda bangsa, pertama: Dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi membuat generasi muda bangsa menjadi generasi yang
instan, medapatkan hasil tanpa proses berusaha dan berkorban, kedua: melahirkan generasi yang mandul
dalam berpikir dan berkreativitas.ketiga:
Menghilangkan Nalar kritis dan daya cipta generasi muda.
Sektor Politik
Dalam
percaturan poliitk tanah air selalu di menangkan oleh generasi tua, generasi muda
hanya sebagai penonton. Generasi muda di anggapa remeh , tidak berkompeten dan
belum pantas untuk menduduki posisi-posisi tertentu di parlemen. Saya rasa
banyak pemuda-pemudi bangsa ini yang berkualitas dan berkompeten untuk
menduduki posisi penting (pelaku kebijakan)
di negeri ini. Kalau berbicara keinginan pemuda maka pemuda itu sendiri
yang tahu dan mengerti kemauan pemuda, generasi tua tugasnya hanya menasehati generasi
muda, bukan mendikte dan membatasi ruang gerak dan aktivitas pemuda. Peradaban
sebuah bangsa akan terjadi apabila memberikan
ruang yang kondusif bagi generasi muda untuk berkreativitas (Jaques Deridda:
1966-2004).
Pemerintah
harus benar-benar memperhatikan generasi muda nya, dorong terus mereka untuk
melakukan perubahan-perubahan baru, fasilitasi setiap agenda-egenda yang di
lakukan oleh pemuda selama itu bernilai positif bagi bangsa dan Negara. Karena
sejatinya pemuda adalah tiang Bangsa ,apabila tiangnya di robohkan maka akan
roboh pula bangsa nya. Negara yang kokoh ialah Negara yang memperhatikan
generasi muda nya.
Lingkungan masyarakat
Realitas
hari ini membuktikan bahwa pemuda sudah tergolong sebagai patologi sosial
(penyakit sosial), aneh nya lagi ketika pemuda melakukan perbuatan-perbuatan
yang melanggar norma-norma agama, malah di tertawain bukan nya menasehati.
Stigmatisasi terhadap generasi muda membuat masyarakat buta dan tuli, tidak
peduli lagi dengan apa yang dilakukan oleh pemuda. Maka lahirlah generasi yang
krisis moralitas, generasi yang apatis, generasi yang hedonis, generasi yang
meterialistik dan lain-lain. Peran pemerintah di sini sangat di butuhkan juga
bagaimana pemerintah bisa mewujudkan lingkungan dan masyarakat yang sehat, cerdas
dan produktif.
Oleh
sebab itu penulis berharap kepada teman-teman pemuda dan pemudi untuk memahami
dan memaknai sumpah pemuda ini sebagai semangat perjuangan dan perubahan,
jangan hanya memperingati hasil perjuangan pemuda terdahulu tapi bagaimana kita
bisa membuat perubahan baru supaya di peringati oleh generasi selanjutnya.
Salammm pemuda….!!!
Komentar
Posting Komentar