BERBURU ILMU
BERBURU ILMU
Oleh:Saiful Bahri
Berburu ilmu adalah suatu ibadah, tapi hanya
beberapa orang saja yang benar-benar mampu mendapatkan buruan itu. Orang-orang
itu adalah yang sungguh-sungguh berusaha mendapatkan buruan itu.
Berburu ilmu berbeda dengan berburu binatang
yang biasanya menggunakan senjata tajam seperti bedil, panah dan tombak ,
sasarannya pun harus di lumpuhkan (mati). Sedangkan berburu ilmu itu sasarannya
adalah untuk kehidupan, maksud dari kehidupan disini dalam arti secara luas.
Jadi dalam setiap perburuan itu berbicara dan menjawab persoaalan kehidupan,
semakin banyak buruan yang kita dapatkan semakin banyak pula jawaban yang kita dapatkan
untuk menjawab persoalan kehidupan.
Ilmu itu ibarat dunia yang memiliki bagian-bagian
tertentu yang harus di ketahui dan di kunjungi, semakin banyak tempat yang kita
kunjungi semakin banyak pula ilmu yang kita dapatkan. Tapi banyak juga orang
yang salah sasarsan dalam berburu ilmu , sehingga terjadilah kezoliman, ketidak
adilan, korupsi dan lain-lain. Sekolah atau lembaga pendidikan saya ibaratkan
sepeti hutan sebagai tempat perburuan. Hutan itu dihuni oleh berbagai jenis
ilmu ada ilmu bahasa, matematika, social, politik, ekonomi,hukum, agama dan lain-lain.
Tetapi ada syaratnya jikalau kita ingin
memasuki hutan itu, yaitu harus membayar karcis masuk dan anehnya lagi setiap hasil buruan yang kita
dapatkan itu di bayar pula dan harganya tergantung bobot dan jenis buruan yang
kita dapatkan,,sungguh menyebalkan..bukan.?
Hutan itu ternyata ada pemiliknya, si pemilik
itulah yang mengelola dan membudidayakan hutan itu untuk merauk keuntungan
(kekayaan). Tapi dengan mengharapkan tangkapan yang banyak orang tidak
memikirkan mahal dan murahnya harga karcis masuk dalam hutan itu. Padahal semua
isi hutan itu sebenarnya semua manusia berhak mendapatkan dan
mengelolanya. Tapi dengan sifat rakusnya
manusialah yang membuat dikotomi dalam mendapatkan dan mengelola isi hutan
tersebut. Dalam proses berburu (mencari) ilmu itu membutuhkan usaha dan
pengorbanan yang cukup besar. Coba kita lihat sekarang biaya pendidikan dari
tahun ke tahun semakin naik, itu artinya dunia pendidikan nantinya hanya bisa
di akses oleh golongan-golongan elit saja, sedangkan masyarakat yang ekonominya
menengah ke bawah hanya bisa melihat dan tidak bisa menikmatinya. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan
untuk bangsa yang cukup besar seperti Indonesia, sebab 20 sampai 30 tahun
kedepan jutaan generasi yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Mungkin fase
komunal primitive seperti yang di ramal oleh Karl Marx akan benar-benar
terjadi. Karena masyarakat yang kurang pendidikan akan kembali di fase komunal
primitive, sebab dunia sudah di dominasi oleh masyarakat yang tidak
berpendidikan.
Komentar
Posting Komentar